Pendidikan Agama Islam
No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Visi & Misi
    • Tujuan
    • Pimpinan Program Studi
    • Dosen PAI
    • Profil Lulusan
    • Struktur Prodi PAI
    • Kerjasama (MoU)
      • Kerjasama Nasional & Regional
      • Kerjasama Internasional
  • Kegiatan
    • Kegiatan Mahasiswa
    • Kegiatan Dosen
  • Karya & Prestasi
    • Karya & Prestasi Mahasiswa
    • Karya & Prestasi Dosen
      • Penelitian
      • Pengabdian Pada Masyarakat
      • Publikasi Dosen
      • Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI)
      • Penelitian Dosen dan Mahasiswa
      • Pengabdian Masyarakat Dosen dan Mahasiswa
  • Kurikulum
  • Upload
    • Registrasi Judul Proposal Skripsi
    • Upload Skripsi
    • Form Tugas Mahasiswa
    • Form Tugas Dosen
    • Rekam Jejak Alumni
    • Sumbangan Alumni PAI
    • Upload Laporan PKP
    • Upload Laporan PKP 2022
  • Download
    • Cek Judul Skripsi
    • Berkas Prodi PAI
    • List Berkas
    • Berkas Seminar dan Sidang
    • Kurikulum MBKM Program Studi Pendidikan Agama Islam UMSU
  • Web FAI
  • Home
  • Profil
    • Visi & Misi
    • Tujuan
    • Pimpinan Program Studi
    • Dosen PAI
    • Profil Lulusan
    • Struktur Prodi PAI
    • Kerjasama (MoU)
      • Kerjasama Nasional & Regional
      • Kerjasama Internasional
  • Kegiatan
    • Kegiatan Mahasiswa
    • Kegiatan Dosen
  • Karya & Prestasi
    • Karya & Prestasi Mahasiswa
    • Karya & Prestasi Dosen
      • Penelitian
      • Pengabdian Pada Masyarakat
      • Publikasi Dosen
      • Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI)
      • Penelitian Dosen dan Mahasiswa
      • Pengabdian Masyarakat Dosen dan Mahasiswa
  • Kurikulum
  • Upload
    • Registrasi Judul Proposal Skripsi
    • Upload Skripsi
    • Form Tugas Mahasiswa
    • Form Tugas Dosen
    • Rekam Jejak Alumni
    • Sumbangan Alumni PAI
    • Upload Laporan PKP
    • Upload Laporan PKP 2022
  • Download
    • Cek Judul Skripsi
    • Berkas Prodi PAI
    • List Berkas
    • Berkas Seminar dan Sidang
    • Kurikulum MBKM Program Studi Pendidikan Agama Islam UMSU
  • Web FAI
No Result
View All Result
Pendidikan Agama Islam
No Result
View All Result
Home Opini Pendidikan

Agama Tanpa Penghayatan

by Operator UMSU
August 30, 2018
in Opini Pendidikan
0
Agama Tanpa Penghayatan
173
SHARES
2.2k
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Agama menjadi salah satu objek paling menarik untuk dikaji. Tidak saja substansinya yang menyedot atensi para sarjana, perilaku keagamaan pemeluknya juga menjadi fenomena unik, bersifat dinamis dan sering melahirkan model-model keagamaan yang beragam. Agama diyakini berasal dari Tuhan, bersifat suci dan membimbing umat manusia untuk hidup bahagia di dunia dan di akhirat. Selain itu, agama tak jarang menjadi pedang paling sadis dan belati paling tajam untuk menumpahkan darah.

Meninggalkan Agama

Di banyak negara maju, agama seperti Katolik dan Protestan, cenderung ditinggalkan orang. Bahkan yang lebih miris, orang memilih hidup senang tanpa embel-embel agama. Di Australia, Perancis, Irlandia, Afrika Selatan, Amerika Serikat, bahkan Kroasia, secara kuantitatif lebih banyak yang tidak beragama ketimbang yang menganut agama. Mereka lebih taat pada aturan budaya yang mengikat satu sama lain ketimbang norma-norma agama. Mereka memiliki tanggung jawab keduniaan yang bercorak rasional namun tidak memberi ruang untuk urusan akhirat yang bercorak spiritual.

Tak terkecuali di Jepang yang didominasi agama Shinto, Vietnam yang didominasi agama Buddha, pengaruh penganut agama juga kalah dibanding dengan yang tidak beragama. Bahkan di Tunisia dengan mayoritas beragama Islam, masjid-masjid sering ditinggalkan orang dan menjadi sepi jamaah. Lebih ironis lagi di Arab Saudi, ateisme secara laten tumbuh subur, padahal negara tersebut menjadi kiblat umat Islam dunia. Kenyataan ini mengundang tanda tanya besar, mengapa orang meningggalkan agama? Secara sederhana, jawaban terhadap pertanyaan itu setidaknya terletak pada tiga hal, yaitu: paham antroposentrisme, perilaku korup tokoh agama dan kegagalan fungsi sosial agama.

Pertama, tidak dapat disangkal bahwa paham antroposentrisme turut serta menggerus keyakinan agama. Paham ini menganggap manusia telah dewasa dan dapat menentukan nasib kehidupannya sendiri. Manusia dengan bekal ilmu pengetahuan dan teknologi canggih telah dapat menguak berbagai misteri kehidupan yang semula menjadi kawasan kerja-kerja agama. Antroposentrisme juga mengajarkan kekinian dan kedisinian, hidup di dunia sebagai terminal akhir dari sebuah proses perjalanan kehidupan seseorang.

Antroposentrisme memberikan pengaruh yang sangat kuat terhadap pembongkaran doktrin-doktrin agama. Otoritas agama yang semula tak terbatas diikat dan dipreteli pengaruhnya. Kultur hidup hedonis tumbuh dan berkembang sejurus dengan berbagai penemuan ilmiah yang membuktikan keperkasaan umat manusia terhadap lingkungannya. Bapa-bapa gereja di masa awal menjadi penonton bisu yang tak dapat berbuat banyak melihat kenyataan tersebut.

Kedua, perilaku korup para tokoh agama. Para tokoh agama yang semula dianggap dan diharapkan menjadi pengayom dan pembimbing masyarakat justru berperilaku sebaliknya. Dalam konteks ini terjadi apa yang disebut religious despair (kekecewaan religius), yaitu sebuah kekecewaan yang ditimbulkan salah satunya oleh kelakuan menyimpang para elit agama. Kejujuran, kedamaian, kebersihan, persaudaraan yang mereka khutbahkan di mimbar-mimbar ternyata tak berkaitan dengan kenyataan hidup. Jujur diganti dengan dusta, damai diganti dengan iri hati, dengki dan permusuhan, bersih diganti dengan kotor, cinta diganti dengan benci.

Mereka juga kerap berjualan surga dengan cara infak dan sedekah, namun hanya untuk kepentingan pribadi dan keluarganya saja. Masyarakat semakin miskin, sementara elit agama semakin kaya. Surga juga dibandrol dengan tarif tertentu. Semakin besar tarif yang ditetapkan maka akan semakin besar pula peluang masuk ke dalamnya. Niat busuk para pemuka agama secara perlahan terkuak karena masyarakat semakin cerdas. Tidak sampai di situ, selain meninggalkan agama mereka juga memusuhi agama karena dianggap melahirkan pembodohan.

Ketiga, agama sejatinya menjadi kohesi sosial. Tak ada dalam kitab suci mana pun yang menyatakan bahwa membunuh tanpa alasan tertentu menjadi jenis ibadah suci untuk dekat kepada Tuhan. Bahkan dalam Islam sendiri ditegaskan bahwa menyakiti seseorang sama artinya dengan menyakiti nilai-nilai kemanusiaan. Namun pada kenyataannya, tak ada konflik besar dan panjang di dunia ini dimana agama tidak terlibat di dalamnya. Agama dijadikan sebagai elemen penyubur ikatan emosional dan media penyebar kebencian paling destruktif terhadap orang-orang yang berbeda paham.

Deretan fakta di depan mata kita menjadi argumentasi yang tak dapat dibantah. Konflik di Timur Tengah terjadi bukan saja antara Muslim dan Yahudi Zionis namun juga disebabkan perebutan paham antara umat Islam. Di Palestina sendiri, aksi  saling sikut antar Partai Fatah dan Partai Hamas sudah sedemikian pelik, ditambah lagi mereka mesti menghadapi kekuatan besar zionis Israel yang didukung total oleh Amerika Serikat. Di Surya, politik berkolaborasi dengan paham Sunni dan Syi’ah. Akibatnya, hujan bom, nyawa melayang, genangan darah, cucuran air mata dan eksodus dalam jumlah ribuan orang ke Benua Eropa terjadi setiap waktu.

Fenomena yang secara substantif sama namun secara kasuistik berbeda juga terjadi di Indonesia. Bukan tidak mungkin ke depan, jika para penganut agama tidak menyadari secara baik, wajah kelabu Eropa dan Amerika serta wajah sedih beberapa wilayah di Timur Tengah juga akan sampai pada titik klimaks. Potensi ke arah itu sangat besar. Gaya hidup hedonis sudah menjadi sajian harian dan disosialisasikan melalui berbagai tayangan sinetron yang tidak mendidik.

Pelaku amoral dengan sangat percaya diri kerap tampil di layar kaca. Para koruptor, pelaku sex bebas, para bandar narkoba, para penipu pengelola haji dan umroh, menjadi sosok-sosok yang terkenal. Anehnya aktifitas mereka menjadi kewajaran publik. Selain itu, perilaku harian umat beragama, terutama umat Islam, terkadang juga tidak lebih baik dari mereka yang menolak agama. Hal ini dapat dibuktikan dengan mudah. Seorang Muslim yang taat beribadah belum tentu memiliki komitmen untuk melaksanakan etika sosial. Misalnya saja, aksi buang sampah di sembarang tempat dianggap biasa dan tidak ada rasa bersalah sama sekali setelah tindakan biadab itu dilakukan.

Saat ini, ada ribuan orang meninggalkan agama mereka karena tak percaya lagi dan kecewa dengan perilaku penganut agama. Sedihnya, Islam menjadi agama pertama yang ditinggalkan, disusul Kristen, Buddha dan seterusnya. Meskipun bukan negara agama, Indonesia tidak memberi ruang bagi mereka yang tidak mengakui Tuhan. Sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa” menjadi sebuah landasan hukum yang kuat betapa Indonesia merupakan negara yang religius. Tapi di sisi lain, baik secara terang-terangan maupun tertutup, paham ateisme tumbuh dengan subur.

Kini di masyarakat berkembang predikat Muslim tanpa masjid, Kristen tanpa gereja, Buddha tanpa wihara, Hindu tanpa kuil, Konghucu tanpa Klenteng. Ini menunjukkan bahwa agama hanya menjadi buah bibir dan hiasan administrasi ketimbang perilaku terpuji. Usulan agar kolom agama tidak dicantumkan dalam Kartu Tanda Penduduk menjadi bukti lain bahwa pengaruh agama dipertanyakan. Inilah deretan kejadian pahit dan kritik tajam agar penganut agama mengevaluasi sistem keberagamaannya.

Menghayati Agama

Agama sesungguhnya sarat dengan simbol. Simbol mengandung banyak makna yang harus dipahami. Misalnya saja wudhu’ bagi umat Islam sebelum melaksanakan sholat. Wudhu’ mengisyaratkan kebersihan secara totalitas, tidak saja ketika pelaksanaan sholat, namun juga bersih jasmani, ruhani dan lingkungan sekitar. Zakat juga merupakan simbol. Zakat melambangkan respons kepedulian sosial kepada masyarakat yang lemah dan membutuhkan uluran tangan. Zakat tidak tepat dimengerti sebagai aktifitas yang terbatas ruang dan waktu. Semangat zakat tidak boleh berhenti, namun harus ada di setiap waktu. Inilah maksud menghayati ajaran agama itu. Agama akan senantiasa menjadi pilihan utama masyarakat jika fungsi-fungsi sosialnya dirasakan secara langsung. Sebaliknya, agama akan dibenci dan ditinggalkan orang jika hanya berisi janji manis namun kering fungsi sosialnya. Wallahu a’lam.

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Pentingnya Muhasabah Diri Dalam Kehidupan

Pentingnya Muhasabah Diri Dalam Kehidupan

July 27, 2019
MAHASISWA  PRODI PAI IKUT PKM

MAHASISWA  PRODI PAI IKUT PKM

January 15, 2019
Puasa Mengikis Patriarkisme

Puasa Mengikis Patriarkisme

July 27, 2019
Aspek Astronomis Ka’bah dan Dialektika Ulama Tentang Arah Kiblat

Aspek Astronomis Ka’bah dan Dialektika Ulama Tentang Arah Kiblat

July 27, 2019
BEI Resmikan Galeri Investasi Syariah UMSU

BEI Resmikan Galeri Investasi Syariah UMSU

0
46 Mahasiswa UMSU Ikut TOT Co-Instruktur KIAM

46 Mahasiswa UMSU Ikut TOT Co-Instruktur KIAM

0
UMSU Jalin Kerjasama dengan Empat Universitas di Inggris

UMSU Jalin Kerjasama dengan Empat Universitas di Inggris

0
Pelantikan 23 Pimpinan Prodi Dan 6 Kabag Dihadiri PP Muhammadiyah

Pelantikan 23 Pimpinan Prodi Dan 6 Kabag Dihadiri PP Muhammadiyah

0
Menangkan Hibah Riset Mu, Dosen UMSU Lakukan Pengabdian di MTs M. 15 Medan

Menangkan Hibah Riset Mu, Dosen UMSU Lakukan Pengabdian di MTs M. 15 Medan

January 16, 2023
HMJ PAI UMSU Lakukan Workshop Penulisan Artikel Jurnal

HMJ PAI UMSU Lakukan Workshop Penulisan Artikel Jurnal

December 15, 2022
Mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Islam UMSU Terbaik II MTQ Nasional XXIX di Kalimantan Selatan

Mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Islam UMSU Terbaik II MTQ Nasional XXIX di Kalimantan Selatan

October 28, 2022
Mahasiswa Proram Studi Pendidikan Agama Islam UMSU Mendapatkan Mendali Emas di Malaysia

Mahasiswa Proram Studi Pendidikan Agama Islam UMSU Mendapatkan Mendali Emas di Malaysia

October 28, 2022

Facebook

Link Terkait

http://jurnal.umsu.ac.id/
  • Home
  • Profil
  • Kegiatan
  • Karya & Prestasi
  • Kurikulum
  • Upload
  • Download
  • Web FAI

© 2020 - Program Studi Pendidikan Agama Islam - Fakultas Agama Islam - UMSU

No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Visi & Misi
    • Tujuan
    • Pimpinan Program Studi
    • Dosen PAI
    • Profil Lulusan
    • Struktur Prodi PAI
    • Kerjasama (MoU)
      • Kerjasama Nasional & Regional
      • Kerjasama Internasional
  • Kegiatan
    • Kegiatan Mahasiswa
    • Kegiatan Dosen
  • Karya & Prestasi
    • Karya & Prestasi Mahasiswa
    • Karya & Prestasi Dosen
      • Penelitian
      • Pengabdian Pada Masyarakat
      • Publikasi Dosen
      • Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI)
      • Penelitian Dosen dan Mahasiswa
      • Pengabdian Masyarakat Dosen dan Mahasiswa
  • Kurikulum
  • Upload
    • Registrasi Judul Proposal Skripsi
    • Upload Skripsi
    • Form Tugas Mahasiswa
    • Form Tugas Dosen
    • Rekam Jejak Alumni
    • Sumbangan Alumni PAI
    • Upload Laporan PKP
    • Upload Laporan PKP 2022
  • Download
    • Cek Judul Skripsi
    • Berkas Prodi PAI
    • List Berkas
    • Berkas Seminar dan Sidang
    • Kurikulum MBKM Program Studi Pendidikan Agama Islam UMSU
  • Web FAI

© 2020 - Program Studi Pendidikan Agama Islam - Fakultas Agama Islam - UMSU