Dunia Bukanlah Tujuan
Oleh: Drs. Mario Kasduri, MA
Manusia adalah mahluk paling sempurna diantara mahluk lainnya. Selain penciptaannya yang telah dikaruniai akal dan fikiran sebagai landasan untuk diri dalam bersikap, manusia juga dikaruniai hati untuk dapat merasa antara yang satu dengan yang lainnya. Proses penciptaannya sebagai mahluk social sudah barang tentu membutuhkan orang lain dalam proses perjalanan hidupnya. Pada fase inilah seorang manusia akan diuji akan pemanfaatan berbagai anugerah yang dikaruniakan terhadap dirinya. Apakah simanusia tersebut akan dapat meraih keridhoan Ilahi ataukah malah sebaliknya meraih kemurkaan. Pada tahapan inilah seorang manusia akan diuji akan tingkat keimanannya terhadap sang penciptanya. Karena melalui kehidupan duniawi yang telah dikaruniai berbagai dinamika persoalan hidup, manusia akan diuji tentang kebijaksanaannya dalam memanfaatkan karunia Ilahi yang telah dilekatkan dalam dirinya. Terutama dalam hal bersikap antara yang satu dengan yang lainnya.
Untuk itu ada bebarapa hal penting yang harus dipahamkan dalam diri seorang manusia yaitu pemahaman bahwa diri adalah mahluk ciptaan yang dikodratkan untuk menjadi khalifah dimuka bumi. Selain mempunyai peran untuk menjaga keseimbangan dibumi, manusia juga mempunyai kewajiban untuk mengumpulkan pundi-pundi pahala yang akan menjadi bekal dirinya ketika dipanggil untuk menghadap sang penciptanya kelak. Dalam kehidupan duniawi banyak hal yang diberikan sebagai pilihan hidup bagi manusia. Ada jalan yang baik dan juga ada jalan yang tidak baik. Yang pada dasarnya kedua-duanya mempunyai kaidah dan cara-cara tersendiri dalam proses pencapaiannya. Apakah seorang manusia akan menjalani jalan yang lurus ataukan malah akan berbalik arah menempuh jalan yang sesat. Semua itu kembali kepada diri masing-masing yang akan menjalaninya.
Maka dengan berpandangan kepada hal tersebut manusia seharusnya telah mampu untuk menyadari bahwa penganugerahan akal dan fikiran bukanlah semata-mata tanpa konsekuensi yang harus dipertanggungjawabkan kelak ketika manusia itu sendiri berpulang keharibaan sang penciptanya. Namun yang cukup disayangkan, seiring dengan semakin glamornya kehidupan duniawi banyak manusia yang seakan lupa diri dan terkesan mengikuti keglamoran duniawi tersebut. Sehingga hal-hal yang bathil menjadi kebutuhan sedangkan hal-hal yang mendatangkan keridhoan menjadi hal yang ke nomor sekian. Telah banyak yang bisa kita saksikan dalam kehidupan saat ini. Sebagai beberapa contoh adalah dimana jabatan dan pekerjaan menjadi prioritas utama sedangkan sikap social dan peduli terhadap sesame adalah merupakan hal yang kenomor sekian. Membunuh dan menyakiti orang lain sudah merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi kalangan-kalangan tertentu. Mabuk-mabukan dan memakai narkoba ditengah keramaian merupakan kebanggaan.
Sungguh ironis ditengah usia dunia yang semakin tua begini, kelakuan dan sifat manusia malah semakin menggila. Dan bahkan bias dibilang bias melebihi sifat mahluk lainnya yang tidak dikaruniai akal dan fikiran sebagai control dirinya dalam bersikap. Apakah ini suatu pertanda akan munculnya tanda-tanda akhir zaman..? beberapa pemberitaan belakangan ini yang lebih memilukan hati adanya peredaran isu yang mengatakan bahwa dunia akan segera kiamat seperti yang terjadi belakangan ini di daerah jawa timur. Sehingga banyak orang yang rela menjual harta bendanya dan berpindah kesuatu psantren sebagai tempat bernaung diri. Lantas yang menjadi pertanyaan besar dalam benak kita pada hari ini, apakah pengedar isu tersebut merupakan insane kesayangan sang pencipta sehingga mereka dapat mengetahui bahwa kiamat tersebut akan segera datang. Selain dari hal tersebut seberapa besarkah tingkat pengetahuan dan rasa keimanan yang dimiliki oleh para korban, sehingga mereka dengan begitu mudahnya menjadi korban.
Kita berharap berbagai kalangan yang menyadari akan hakikat dirinya sebagai mahluk ciptaan yang mempunyai kewajiban untuk mengimani Allah Swt dan juga rasul-rasulnya. Sudah selayaknya untuk menunjukkan sikap bijak dalam mencerna berbagai isu yang hadir. Mari tanamkan dalam diri bahwa manusia dimuka bumi mempunyai tanggungjawab untuk beribadah dan berikhtiar untuk menggapai keridhoan Ilahi robbi. Sesungguhnya yang maha mengetahui akan segala sesuatu hanyalah dia sang pencipta alam semesta dan bukanlah manusia. Senada dengan hal tersebut kita juga berharap para ulama dan tokoh-tokoh agama akan dapat menunjukkan peranannya sebagai panutan ummat Islam di negeri ini.
Demikian tulisan singkat ini disampaikan. Semoga akan dapat menjadi bahan renungan bagi kita bersama bahwa sesungguhnya manusia adalah mahluk ciptaan Allah Swt yang sesungguhnya tiada daya dan upaya tanpa kehendak-Nya. Hal-hal yang bersifat kerahasiaan sang pencipta sesungguhnya bukanlah kekuasaan manusia untuk mengethuinya. Karena sesungguhnya hanya dialah yang mengetahui akan segalanya. Semoga kita bukanlah hamba Allah yang masuk ke dalam lingkaran hitam laknat-Nya, dan marilah terus menyadari sepenuhnya bahwa apa yang kita miliki ini adalah pemberian Allah, sekecil apapun pemberian itu harus di syukuri, dengan ucapan dan tindakan. ( Dosen FAI UMSU)